Saturday, 2 January 2016

Dari Mereka Aku Belajar

Sudah 3 tahun lebih dan hampir 4 tahun, aku berada disini.
Berada di zona nyamanku kalau mereka bilang, di tempat dimana orang sering menyebutnya tempat berdakwah, tempat mencari ilmu, tempat berkumpulnya orang baik, bahkan sering dibilang tempat orang-orang eksklusif di kampus. Padahal sedikitpun kami ga pernah menempatkan diri menjadi eksklusif.

LDK namanya. Semua tau ga mudah berada disini karena ngurusin orang. Kasarnya, ngurusin diri sendiri aja belum bisa bagaimana bisa ngurusin orang. Tapi pernah ingat kata seorang ustad, "karena dengan mengurusi orang kita juga ikut berbenah diri". Bahkan orang-orang yang berada di lingkungan ini pun dianggap orang baik, yang bisa dijadiin contoh, yang jarang ngelakuin kesalahan. Haha aku ngerasain sendiri gimana teman kelas melihatku seperti itu. Mbaku pernah bilang "ADK itu seperti orang yang berada di daerah yang sekelilingnya cermin. Jadi kalau ada satu kesalahan yang dilakukan ADK, maka cermin2 itu akan tau dan akan dijadikan pembenaran". See ga mudah berada disini kan, terus kenapa aku bisa nyaman berada disini? Udah pernah nangis juga disini? Udah banyak "makan hati" juga disini? Terus kenapa masih betah selama hampir 4 tahun?

Waktu pertama kali masuk disini karena ga sengaja, karena seseorang yang mengajak bukan kemauan sendiri. Lalu berjalan terus sampai aku berada di suatu divisi dimana didalam divisi tersebut kehilangan ketuanya sehingga wakil akhwat maju sebagai ketua divisi. Single parent kami menyebutnya haha
Liat dari sana, aku langsung takut dan gamau lanjut lagi. Kenapa? Karena aku takut berada di posisi yang sama seperti kakak itu. Takut ditinggalkan. Di akhir kepengurusan tahun itu, divisiku mengadakan acara besar, disana aku bertemu dengan seorang akhwat yang sangatsangat senior, beliau bertanya apa aku ingin lanjut di LDK? Aku jawab tidak, beliau tanya kenapa? Aku jawab "gamau ah kak, mau fokus kuliah aja sama mau masuk lab biar bisa bantu ajarin ngoding". Beliau ketawa dan menjawab "yakin? Yakin kalau kamu keluar dari sini terus masuk lab langsung bisa ngoding? Yakin juga kalau kamu berada disini memberi manfaat ke orang banyak dan tetap gabisa ngoding?" Betul juga kata beliau, ternyata aku hanya berpikiran sependek itu. Lalu aku ceritakan penyebab lain kenapa aku mau keluar karena kehilangan kabid. Beliau menjawab "Ga semuanya begitu kok. Banyak yang masih bertahan berjuang". Oke karena beliau sudah cukup meyakinkanku akhirnya aku memutuskan lanjut tahun depan. Mungkin ini yang dinamakan bertemu orang yang tepat disaat yang tepat 😝

Ternyata di tahun kedua ini, aku dipindahkan ke divisi lain. Karena katanya potensiku ada di bidang tersebut. Lalu aku diamanahkan untuk mengkoordinir suatu proker acara bersama partner dari divisi yang sama. Daaan yang tadinya dipikir mudah dan seru, ternyata engga. Disaat tim kami lagi semangat-semangatnya, ketua acara tersebut menghilang tanpa kabar dan yang kutau dia pergi dengan alasan "toh tanpa aku pun acara ini akan tetap jalan". Bagaimana bisa orang berpikir seperti ini, kalau semua anggota tim berpikir hal yang sama. Terus siapa yang ngejalanin? πŸ˜‚πŸ˜‚
Semenjak kehilangan ketua tim, otomatis ga ada yang memantau. Dan tiap divisi di acara tersebut hanya sibuk dengan targetnya masing-masing. Waktu itu aku ditempatkan menjadi SC divisi acara, partnerku yang ikhwan sangat membantu sampai akhirnya beliau sibuk TA dan sering ditinggalkan juga πŸ˜…πŸ˜… setelah itu kejadian juga di akhwat yaitu sekdiv acaranya yang ingin mengundurkan diri awalnya karena katanya sakit hati dengan kadiv acaranya, lalu kami bantu selesaikan dan akhirnya pun tetap minta keluar dengan alasan tidak bisa membagi waktu dengan amanah yang lain. Huhu suka gemes sama orang kya gini. Tapi bisa apaa πŸ˜‚πŸ˜‚ Aku tak pernah merasa paling baik, merasa bekerja yang paling maksimal. Karena tim kami tim yang kuat saat itu, pastinya yang masih tersisa adalah orang-orang yang sangat ingin berjuang di jalan ini yang terseleksi dengan sendirinya karena gugur satupersatu. Dan mereka selalu angkatan yang lebih muda :")

Tahun ketiga setengah disini aku memutuskan untuk tetap lanjut, karena tahun kepengurusan ini dimana angkatanku yg memimpin dan setidaknya aku bisa berkontribusi membantu dakwah ini. Saat itu aku ditempatkan di LDK pusat untuk setengah kepengurusan.
Lalu karena ada masalah aku diturunkan ke fakultas untuk membantu divisi tersebut karena kehilangan sekbid dan aku bertugas membantu kabidnya. Awalnya aku menolak, takut staffnya gamau nerima aku, karena aku datang sebagai orang asing dari pusat di syuro mereka dan banyak pemikiran kalau orang-orang di pusat selalu ganggu fakultas.πŸ˜‚πŸ˜‚ Awalnya berjalan lancar, lama-lama kejadian seniorku dulu terulang dimana kabidnya menghilang dengan alasan sudah terlalu sakit hati. Oh meeen, pernah ga ngerasain di posisiku dimanaaa sebagai orang asing yang baru datang, baru dua kali syuro baru sksd sama staffnya tibatiba udh ditinggal kabid dan itu artinya KERJA SENDIRI. Hal yang paling kutakutkan kejadiaan T.T
Padahal di grup itu pun setiap aku post ga pernah ada yang nanggapin, mungkin karena mereka masih berpikir "siapa nih".
Saat itu aku merasa ingin keluar, sangaat ingin keluar. Tapi apa daya kalau ditanya ke hatiii yang paling dalam, selalu ada kata "bertahanlah sebentar lagi". :")
And then aku bertahan. Aku bentuk formasi dimana bukan aku yang memimpin tapi setiap staff dalam divisi tersebut merupakan pemimpin sehingga mereka merasa memiliki LDF ini. Awalnya sih bisa begini, tapi setelah mereka sibuk, ya lupa lagi.
Akhirnya aku mulai memberanikan diri dengan menchat personal staff-staff yang berada disana, aku tanya perasaan mereka, apa yang mereka rasakan selama kepengurusan, ya sekedar dengar curhatan mereka aja. Sediiih, sediiih banget hari itu. Karena aku baru tau kalau mereka sayang, mereka sangat sayang LDK ini, mereka tetap mau berjuang meski sudah ditinggalkan kabid-sekbid yang seharusnya membimbing mereka, menguatkan mereka. Mungkin kalau aku ada di posisi seperti mereka, aku juga bakal hilang karena buat apalagi dipertahankan kalau kakaknya udah ga ada. Tapi mereka bedaa, mereka bertahan dan masih tetap sayang 😭

Setelah itu,Entah kenapa ada beberapa orang dengan kesadaran sendiri muncul memimpin, masih mau membangun divisi ini yang kubilang rapuh, kalau disentil dikit aja pasti udah jatuh. Orang-orang tersebut semangat mengajak teman lainnya untuk syuro lagi, menjalankan proker yang masih tertinggal.  Masya Allah :")
Yang tadinya aku merasa dirugikan karena diturunkan ke fakultas dan ditinggalkan begitu saja. Saat itu aku merasa sangat bersyukur, karena Allah mempertemukanku dengan mereka untuk mengingatkan kalau aku pernah berada di posisi mereka yang sangat bersemangat di jalan ini, yang pernah merasa sangat cinta dengan LDK ini saat ada yang menjelekkan :") mungkin kontribusiku selama ini tidaklah banyak. Tapi aku beruntung telah mendapatkan banyak pelajaran, banyak ilmu agama, ukhuwah yang seperti keluarga, yang belum tentu orang lain disana bisa dengan mudah mendapatkannya. 
Karena ilmu tidak selalu didapatkan dari yang lebih tua, tapi yang lebih muda secara tidak langsung juga telah mengajarkan kita bahwa dakwah adalah cinta. πŸ˜‚

Seperti pesan imam syahid Hasan Al-Banna
"Andai islam seperti sebuah bangunan usang yang hampir roboh, maka akan aku berjalan keseluruh dunia mencari jiwa-jiwa muda, aku tidak ingin mengutip dengan ramai bilangan mereka, tapi aku inginkan hati-hati yang ikhlas untuk membantuku dan bersama membina kembali bangunan usang itu menjadi sebuah bangunan yang terseragam indah"  πŸ˜‚πŸ˜‚

Terimakasih SKI dan Al-Fath untuk semua kenangannya. Bangga bisa bersamamu 3 setengah tahun ini :")

No comments:

Post a Comment